Jam

Jumat, 03 Oktober 2014

TUGAS PERTAMA


Nama : Firli Qoni Septaeni
Kelas : 4ea02
NPM : 18211418


Kasus:
Saya disini akan menceritakan tentang seni beladiri Banten. Provinsi Banten pusat pemerintahannya berada di Kota Serang.
Seni beladiri dari Banten adalah debus. Debus adalah atraksi kekebalan badan. Yang dimana debus ini adalah senjata tajam yang terbuat dari besi  mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk sedikit bundar. Dengan alat inilah para pemain debus dilukai, dan biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul berkali kali oleh orang lain.
 Tidak sembarangan orang yang bisa melakukan debus, banyak sekali syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dan kita harus berhati-hati jika ingin bergabung dengan para pemain debus, Karena jika salah satu syarat saja tidak dipenuhi maka kekebalan akan hilang. Biasanya para pemain debus beratraksi jika di undang dalam malam sebelum pernikahan, dicampuri dengan silat juga. Tetapi sekarang sudah jarang yang mengundang para pemain debus, sekarang hanya pencak silat saja yang sering dipakai. Karena cara-cara debus itu yang bikin risih, seperti memakan beling, menggoreskan pisau di tubuh dan lain-lain. Terkadang juga banyak diadakan lomba antar kampung, untuk berlomba pencak silat. Syarat-syarat untuk melakukan debus adalah tidak boleh minum-minuman keras, tidak boleh berjudi, dan tidak boleh tidur dengan perempuan atau istri orang lain. Permainan debus biasanya diawali dengan lagu tradisional lalu dilanjutkan dengan dzikir atau berdoa.
Sekian dari cerita yang saya ketahui tentang debus.

Teori:
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah.

Analisis: 

Adat istiadat daerah Banten adalah Debus. Dimana adat istiadat ini tidaklah boleh hilang dari daerah Banten masing-masing. Karena akan menjadi cirri khas orang Banten. Kita sebagai orang Banten harus mengakui dengan adanya debus ini.

Referensi :  http://id.wikipedia.org/wiki/Adat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar