Jam

Senin, 28 Oktober 2013

Status Sosial



Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.
·         Hubungan pendidikan dengan status social
Pendidikan yang baik dipercaya dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Bagi individu atau keluarga, pendidikan dipercaya sebagai jalan yang paling relevan untuk meningkatkan derajat kehidupan keluarga sehingga berlaku common sense  bahwa pendidikan dapat mempercepat terjadinya vertical social movement, yaitu perpindahan seseorang dari strata sosial yang lebih rendah ke strata yang lebih tinggi.
Status sosial memang sesuatu yang sangat penting. Berbagai cara dilakukan manusia untuk meningkatkan status sosial mereka. Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan dan mengembangkan dirinya sehingga status sosialnya berubah. Dari tiga jalur pendidikan yaitu mulai dari pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal,yang lebih menjanjikan dalam meningkatkan status sosial adalah jalur pendidikan formal dan nonformal. Hal ini ditandai dengan adanya orang mendapatkan pekerjaan selain keahlian juga secara formal memiliki ijasah/sertifikat tertentu. Pengetahuan dan ketrampilan yang didapat seseorang melalui pendidikan di sekolah dapat mempertinggi kemampuan (kesanggupan) pemasaran di dunia ekonomi, yang akan mengantarkannya pada posisi kelas tinggi. Sehingga, untuk mencapai posisi – posisi tertentu, diperlukan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, maka dasar dari kelompok status tersebut adalah faktor ekonomi dan pendidikan (Margaret Hewitt & G. Duncan Mitchell 1979 : 197).
Kriteria utama dari status pribadi seseorang adalah pekerjaan atau mata pencaharian yang bersangkutan.  Stratifikasi yang didasarkan pada pekerjaan atau mata pencaharian, terutama berasal dari kemajuan yang dicapai secara pribadi. Tetapi Parsons mengakui, bahwa status yang tinggi itu juga bisa didasarkan pada warisan atau kelahiran.
Bagaimanapun anak yang di didik di lembaga persekolahan, pada akhirnya akan kembali dan menjadi warga masyarakat. Berkenaan dengan ini mereka memerlukan pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Untuk terjun kedunia kerja, seseorang dituntut memerlukan kesiapan tertentu yang diperlukan oleh lapangan kerja bersangkutan. Kesiapan tersebut meliputi pengetahuan, skill dan sikap. Fungsi penyiapan bagi kepentingan dunia kerja, dalam kenyataannya tidak terlepas dari perhatian lembaga pendidikan persekolahan.
Dalam kenyataannya di masyarakat, orang yang memiliki pendidikan tinggi kedudukannya dalam masyarakat selalu diperhitungkan. Orang yang memiliki gelar akademik baik langsung maupun tidak langsung dipercayainya akan dapat menduduki status sosial tertentu di lingkungan masyarakatnya. Ia akan mendapatkan hak-hak istimewa karena gelarnya, baik secara ekonomis, sosial, budaya, dan hak-hak ikutan lainnya. Ijazah dan gelar dianggap akan merupakan “tiket” untuk meningkatkan status sosial,  jabatan dan lain-lain di tempat ia berada. Akibatnya banyak orang melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang S3 hanya untuk menggapai jabatan, golongan, dan status sosial yang lebih tinggi. Bukan karena mencintai pengetahuan.
Orang pintar, apalagi dengan tingkat pendidikan hingga S-3 atau bahkan bergelar profesor, selalu diyakini sebagai orang-orang hebat dan jaminan mutu untuk menyelesaikan semua hal. Kalau ada suatu kepanitiaan atau lembaga yang butuh ketua, biasanya orang-orang ini mendapat prioritas memimpin. Kalau ada pertemuan, mereka mendapat tempat terhormat dan duduk di bangku terdepan. Gelar mereka diyakini menjadi garansi keberhasilan. Apalagi kalau orang pintar itu lulusan perguruan tinggi terkenal di dalam atau (apalagi) luar negeri. Gelar mereka sangat diyakini merupakan obat cespleng untuk berbagai problem.
Dampak pendidikan memang besar dalam kehidupan manusia. Berkaitan dengan masalah pendidikan yang mengakibatkan perubahan status, maka melalui pendidikan seseorang akan mengakibatkan perbedaan status. Apabila pendidikannya tinggi maka statusnya akan tinggi sebaliknya apabila pendidikannya rendah maka statusnya juga akan rendah. Lebih lanjut menurut Karsidi (2007:185) bahwa: “makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi di masyarakat”. Memperjelas pendapat tersebut juga disebutkan bahwa pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting.


·         Pendapatan
Menurut Sukirno (2006:47) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.
·         Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Budaya belanja
Budaya belanja atau konsumtif adalah diartikan sebagai pemakaian (pembelian) atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan kebutuhan yang dipentingkan (Barry, 1994). Oleh karena itu, arti kata konsumtif (consumtive) adalah boros atau perilaku yang boros, yang mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan.
Dalam arti luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.
Pengertian konsumtif, menurut Yayasan Lembaga Konsumen (YLK), yaitu batasan tentang perilaku konsumtif sebagai kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas.Definisi konsep perilaku konsumtif sebenarnya amat variatif. Tapi pada intinya perilaku konsumtif adalah membeli atau mengunakan barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atasdasar kebutuhan.
Budaya konsumtivisme menimbulkan shopilimia.Dalam psikologi ini dikenal sebagai compulsive buying disorder (penyakit kecanduan belanja). Penderitanya tidak menyadari dirinya terjebak dalam kubangan metamorfosa antara keinginan dan kebutuhan. Ini bisa menyerang siapa saja, perempuan atau laki-laki.
Contohnya : membeli handphone jenis terbaru, mengikuti trend dan membeli gadget yang sedang up to date

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar